Thursday, June 4, 2009

Indonesia Potensial Jadi Pemasok Material Nano


Indonesia sangat potensial dan perlu mengambil peluang menjadi pemasok material nano di pasar global berkaitan dengan dimulainya era revolusi nanoteknologi.

"Sekarang ini dunia sedang mengarah pada revolusi nanoteknologi di mana dalam periode 2010 sampai 2020 akan tejadi percepatan luar biasa dalam penerapan nanoteknologi di dunia industri," kata Pakar Nanoteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Nurul Taufiqu Rochman M Eng di sela Konferensi Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia (PATI) di Jakarta, Selasa.

Nurul menyebutkan ada tiga isu penting dalam pengembangan nanomaterial yakni bagaimana membuat partikel berukuran nano sebagai bahan baku produk nano, bagaimana mengkarakterisasi partikel nano yang telah dibuat dan bagaimana menyusun partikel nano menjadi produk akhir yang diinginkan.

Dalam Seminar "Nano Teknologi Penentu Daya Saing Bangsa" itu ia mengatakan, nanoteknologi berkaitan dengan bagaimana mengatur material, sruktur dan fungsi zat pada skala nano (satu nano meter (nm) sama dengan satu meter dibagi satu milyar -red) sehingga menghasilkan fungsi materi baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Sedangkan nanomaterial merupakan landasan utama dalam rantai pengembangan produk nano yang kebutuhannya di pasar global meningkat drastis, kata Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia itu.

Dalam pembuatan material nano ada dua proses pendekatan yang perlu dilakukan Indonesia yaitu top-down di mana material misalnya pasir besi dihaluskan sedemikian rupa sampai menjadi seukuran nano meter (sebagai perbandingan, besar atom sama dengan 1 nm -red).

Partikel baru yang sangat halus itu akan mempunyai sifat-sifat dan performan yang jauh lebih baik dan berbeda dengan material aslinya, misalnya teknik pembuatan peralatan elektronik dari semikonduktor silikon yang dibentuk sesuai pola tertentu.

"Dengan pendekatan ini misalnya dapat dibuat IC berukuran 1 cm2 berisikan bermilyar-milyar transistor untuk komponen hardisk berkapasitas penyimpanan terabyte, atau nano baja berstruktur sangat halus mencapai puluhan nm dengan kekuatan dan umur dua kali lipat," kata Nurul.

Berhubung Indonesia sangat kaya dengan berbagai material, teknologi penghalusan materi menjadi seukuran nano ini harus dikuasai, ia mencontohkan pasir besi yang harganya hanya Rp250 per kg akan melonjak menjadi Rp1 juta per kg jika dijual dalam ukuran nano.

"Harganya jadi 4.000 kali lipat. Itulah mengapa teknologi dan industri pembuatan material nano ini harus dikuasai karena memiliki nilai tambah sangat besar. Indonesia harus menjadi salah satu pemasok terbesar material nano di pasar global," katanya.

Teknologi ini, ujarnya, saat ini sedang dikembangkan di LIPI, dengan menggunakan sumber-sumber mineral pasir besi yang diseparasi menjadi silika dan alumina yang ketika di-nano-kan dapat diaplikasikan menjadi beton berkekuatan tinggi, menjadi bahan sensor, membran dan lain-lain, sementara yang telah dipurifikasi menghasilkan oksida besi untuk toner printer.

Pendekatan kedua yang juga harus dikuasai adalah bottom-up yakni dengan menyusun atom demi atom atau molekul menjadi bahan yang memenuhi suatu fungsi tertentu yang diinginkan seperti misalnya menyusun atom grafit menjadi intan, ujarnya.(*)

0 comments:

Template by : kendhin helth-easy x-template.blogspot.com